PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk
hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan
makhluk sosial. Sebagai makhluk biologis, makhluk manusia atau “homosapiens”,
sama seperti makhluk hidup lainnya yang mempunyai peran masing-masing dalam
menunjang sistem kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari
sistem sosial masyarakat secara berkelompok membentuk budaya. Ada perbedaan
mendasar tentang asal mula manusia, kelompok evolusionis pengikut Darwin
menyatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi selama ratusan ribu
tahun, berbeda dengan kelompok yang menyanggah teori evolusi melalui
teoripenciptaan, yang menyatakan bahwa manusia itu diciptakan oleh Allah. Pemahaman
tentang hidup dan kehidupan, itu tidak mudah. Makin banyak hal yang dilihat
tentang gejala adanya hidup dan kehidupan, makin nampak bahwa hidup itu
sesuatuyang rumit. Pada individu dengan organisasi yang kompleks, hidup
ditandai dengan eksistensi vital, yaitu: dimulai dengan proses metabolisme,
kemudian pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan adaptasi internal, sampai
berakhirnya segenap proses itu bagi suatu “individu”. Kehidupan adalah fenomena
atau perwujudan adanya hidup, yang didukung tidak saja oleh makhluk hidup
(biotik), tetapi juga benda mati (abiotik), dan berlangsung dalam dinamikanya
seluruh komponen kehidupan itu. Ada perpaduan erat antara yang hidup dengan
yang mati dalam kehidupan.
Hubungan bisnis antara
pihak-pihak yang mempunyai budaya atau kebangsaan berbeda dapat dipengaruhi
oleh tantangan tambahan.Bila salah satu pihak dari budaya konteks tinggi
mengambil bagian dalam kesepakatan bisnis, faktor-faktor yang dibahas mungkin
akan lebih rumit karena keyakinan berbeda mengenai signifikansi dari
kesepakatan bisnis formal dan kewajiban yang mengikat semua pihak misalnya,
manajer penjualan benar-benar yakin bahwa hanya kontrak yang ditulis dengan
baik yang diperlukan agar perusahaanya dapat menerima semua kewajiban yang
mengikat. Tetapi manajer penjualan tadi juga tidak dapat memahami belahan
dunia, sesuatu hanya dapat terjadi bila ada hubungan pribadi karena kadang-kadang
hubungan pribadi juga perlu untuk melaksanakan sesuatu dalam lingkungan konteks
rendah. Berikut ini akan dijelaskan mengenai aspek dasar budaya, pendekatan
analisis faktor budaya, negosiasi, produk industri, dan produk konsumen.
TEORI
A.
Aspek
Dasar Budaya
Bagi ahli antropologi
dan sosiologi, budaya adalah “cara hidup” yang dibentuk oleh sekelompok manusia
yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya termasuk
kesadaran dan ketidaksadaran akan nilai, ide, sikap, dan simbol yang membentuk perilaku
manusia dan diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Seperti
didefinisikan oleh seorang ahli antropologi organisasi Geert Hofstede, budaya
adalah “tatanan kolektif dari pikiran yang membedakan anggota tersebut dari
satu kategori orang dengan orang lainnya.”
B.
Pendekatan
Analisis Faktor
1. Faktor Budaya
Ada
beberapa pedoman yang akan meningkatkan kemampuan untuk belajar tentang budaya
lain:
a. Awal
dari kebijakan adalah menerima bahwa kita tidak akan pernah benar-benar
memahami diri kita sendiri atau orang lain.
b. Sistem
persepsi kita amat terbatas. Artinya
sistem pengendali saraf kita hanya bekerja jika ada sinyal masukan yang berbeda
dari apa yang kita harapkan.
c. Kita
menghabiskan sebagian besar energi untuk mengelola masukan persepsi.
d. Ketika
kita tidak memahami keyakinan dan nilai-nilai sistem budaya tertentu dan
masyarakat, hal-hal yang kita amati dan pengalaman mungkin tampak
"aneh."
e. Jika
kita ingin menjadi efektif dalam budaya asing, kita harus berusaha untuk
memahami bahwa keyakinan budaya itu, motif, dan nilai-nilai. Ini membutuhkan
sikap terbuka yang memungkinkan kita untuk mengatasi keterbatasan persepsi
berdasarkan budaya kita sendiri.
2. Negosiasi
Jika
bahasa dan budaya berubah, ada tantangan tambahan dalam komunikasi. Misalnya,
“ya” dan “tidak” dipergunakan dengan cara yang berbeda antara Negara Jepang dan
Negara barat. Hal ini menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman. Dalam bahasa
inggris jawaban “ya” atau “tidak” atas sebuah pertanyaan didasarkan pada apakah
jawabannya mengiyakan atau menolak. Dalam bahasa Jepang, tidak demikian.
Jawaban “ya” atau “tidak” dapat dipergunakan untuk jawaban yang membenarkan
atau menolak pertanyaan tadi.
3. Produk Industri
Berbagai
faktor budaya yang telah dijelaskan sebelumnya mempunyai pengaruh penting pada
pemasaran produk industri di seluruh dunia dan harus dikenali dalam merumuskan
rencana pemasaran global. Beberapa produk industri dapat menunjukkann
sensitivitas lingkungan yang rendah, seperti dalam kasus chip komputer,
misalnya, atau tingkat tinggi, seperti dalam kasus generator turbin yang mana
kebijakan pemerintah untuk “pembelian nasional” menunjukkan bahwa tawaran dari
penawar asing itu tidak menguntungkan.
4. Produk Konsumen
Pengamatan
dan studi menunjukkan bahwa tanpa tergantung pada kelas sosial dan pendapatan,
budaya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumsi,
penggunaan media, dan kepemilikan barang yang tahan lama. Produk konsumen
mungkin lebih peka terhadap perbedaan budaya daripada produk industri. Rasa
lapar merupakan suatu kebutuhan fisiologis dasar dalam hirarki Maslow; semua orang
butuh makan, tapi apa yang akan kita makan sangat dipengaruhi oleh budaya.
C.
Studi
Kasus
Hubungannya dengan contoh kasus yang
terjadi dimasyarakat
Kita ambil contoh dari pulau Jawa.
Meskipun daerah kepulauan jawa secara geografis hanya sebagian kecil dari
wilayah Indonesia namun kepadatan penduduk pulau ini melebihi kependudukan
pulau lain. Selain itu pada tradisi Jawa yang sangat kental, sehingga dalam
menjalani kehidupannya juga lebih mengacu pada pandangan religius di setiap
perkembangan yang ada termsuk perkembangan ekonomi di Indonesia. Namun kita
tahu ternyata pandangan pandangan masyarakat jawa tidak selalu dapat
diaplikasikan pada kehidupan yang realistis.
Adanya status sosial yang tinggi
ternyata juga berpengaruh pada dijalankanya bisnis di Perusahaan di Indonesia.
Tetapi sikap dan pandangan dunia jawa dalam budayanya dapat menembus birokrasi
Indonesia,pemerintahan,dan militer. Masyarakat jawa dianalisis dalam tiga
pandangan dunia yaitu masyarakat jawa biasa, para bangsawan(priyayi) dan para
muslimin. Mayoritas penduduk jawa adalah muslim, muslim itu sendiri terbagi
menjadi muslim tradisional dan muslim modern. Muslim tradisional mematuhi
mistik dan lebih terbuka dalam penafsiran ajaran agama,sedangkan muslim modern
mematuhi ajaran Al-qur’an dan hukum agama. Walaupun begitu keduanya masih erat
dengan ajaran lima rukun islam. Sifat dari masyarakat biasa adalah tahan
terhadap perubahan dan menerima apa adanya serta masih diwarnai animisme
mistis. Yang terakhir adalah para bangsawan,yang terdiri dari kelas
pejabat,perwira militer dan intelektual tetapi sekarang lebih dikenal sebagai
birokrasi elit yang berkuasa. Tetapi sekarang makna priyayi lebih meluas, bukan
sekedar keturunan dari seorang bangsawan, tetapi lebih pada tingkat pendidikan
akademisnya. Pandangan para priyayi sangat dipengaruhi oleh budaya kerajaan
yaitu pengaruh estetika dan cita-cita dari kepercayaannya.
Masyarakat Jawa sangat terhormat dan
dipandang ningrat serta hirarkis. Namun bagi orang Barat khususnya, menyesuaikan
diri dengan pengertian tentang hirarki kadang bisa sulit. Orang Barat yang
mentap di Jawa lebih sering meratakan atau menyamakan penampilan dalam bisnis
atau situasi sosial. Hanya saja upaya tersebut lebih sering menghasilkan
kebingungan dan ketidaknyamanan bagi semua pihak.
Umur, gender, perkawinan dan pendidikan
merupakan faktor penentu penting dari status sosial di Jawa. Para menangguhkan
orang yang lebih muda kepada orang tua, dalam bahasa dan dalam sikap, bahkan
ketika perbedaan usia diabaikan. Beberapa perusahaan juga terkadang lebih
menspesifikasikan pada perbedaan jenis kelamin.
Perbedaan kebudayaan yang banyak
bertolakbelakang ini juga kadang menimbulkan masalah. Kebajikan tinggi yaitu kesabaran yang
dimiliki Jawa dan banyak dibutuhkan di Indonesia, terutama ketika terlibat
dengan birokrasi perusahaan atau pemerintah. Terlambat atau tidak hadir pada
waktu yang ditentukan sangat umum terjadi disana.
Sebaliknya, waktu merupakan masalah
penting bagi pengusaha Barat rata-rata. Inilah letak masalahnya, yaitu
kurangnya kedisiplinan dalam menghargai waktu. Orang-orang barat lebih
cenderung disiplin dan tegas.
ANALISIS
Pada dasarnya manusia adalah makhluk
sosial yang hidupnya saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga
muncullah budaya-budaya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut saya,
faktor budaya sangat penting dalam kehidupan berbisnis. Karena disaat kita
berbisnis, kita harus bisa menganalisis keadaan lingkungan sekitar kita supaya
tahu kebutuhan masyarakat di daerah setempat. Misalnya, sekarang ini lagi musim
hujan di daerah Jabodetabek. Maka penjualan payung dapat dilakukan dikota-kota
ini.
REFERENSI
http://gottanachoo.blogspot.com/2010/10/pengaruh-kebudayaan-terhadap-doing.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar